Aula Simfonia Jakarta kembali mengadakan konser yang penting pada 22 Februari 2014 dengan judul From Bach to Mendelssohn".
Terdapat beberapa karya besar yang dipentaskan dalam konser ini. Karya pertama adalah komposisi Bach Orchestral Suite No. 3. Karya ini digubah oleh Johann Sebastian Bach. Bach diakui sebagai komponis yang begitu besar dan agung sampai-sampai muncul adagium "Tanpa sadar Bach telah membagi sejarah musik dalam dua periode utama: zaman sebelum Bach dan zaman sesudah Bach. Pada zaman sesudah Bach, kehadirannya tetap dirasakan terus menerus".
Bach dan Handel dianggap sebagai tokoh terbesar zaman Barok (1600-1750). Istilah "Barok" berasal dari kata Portugis "barroco" yang berarti mutiara yang tidak teratur. Istilah "Barok" bukan sekedar menandakan suatu era dalam musik tetapi juga merupakan suatu zaman karena semangat Barok tampak dalam karya-karya non musik antara lain arsitektur dan lukisan (Rembrandt, Rubens, dll). Musik Barok menekankan beberapa ciri antara lain polifonik (banyak suara), kontrapung (counter-point - pergerakan nada yang mandiri/ berlawanan), penuh ornamentasi (detil yang rumit). Komponis Barok yang terkenal selain Bach dan Handel antara lain Schutz, Vivaldi, Rameau dan sebagainya.
Bach lahir dalam keluarga Kristen beraliran Lutheran. Fokus kehidupan spiritual Bach adalah di dalam kekristenan dan pelayanan rohani melalui musik. Bach adalah seorang yang berhutang kepada Tuhan dan terutama Tuhan Yesus sebagai Juruselamat-nya. Keyakinannya akan realitas surga membuat karya-karyanya tak lekang dimakan waktu. Bach menggunakan hidupnya dalam pelayanan musik bagi Allah tanpa menyadari kehebatan karyanya yang luar biasa itu. Motivasi utama Bach dalam menulis musik adalah untuk memuliakan Allah. Motivasi lainnya adalah edifikasi. Motivasi Bach sama seperti tujuan utama ibadah dalam teologi Reformasi: the glorification of God and the edification of the church. Pada halaman judul Bach menuliskan "untuk kemuliaan Allah di tempat yang mahatinggi dan untuk meningkatkan proses belajar setiap orang". Karena motivasi-motivasi ini maka Bach tidak pernah asal-asalan menggubah komposisi. Ia selalu mau menghasilkan komposisi yang terbaik.
Setelah kematian orang tuanya, Bach yang berusia sepuluh tahun tinggal bersama kakak lelakinya Johann Christoph yang telah berguru pada Pachelbel (ingat Canon in D-nya yang sangat terkenal?). Kakaknya adalah seorang guru yang sangat keras. Kakaknya mempunyai satu set komposisi yang tidak boleh dipakai oleh Johann Sebastian sehingga selama 6 bulan di tengah sunyinya malam dengan cahaya terang bulan ia menyalin semua komposisi itu. Sayangnya, inilah yang mungkin menyebabkan kebutaan di kemudian hari.
Setelah kematian kakaknya, Bach mengenyam pendidikan yang berfokus pada instrumen biola dan biola alto. Sebelum berusia 18 tahun, ia telah dikenal sebagai seorang ahli dalam memainkan clavichord, organ dan komponis. Ia memulai karier profesionalnya sebagai pemain biola dan biola alto dalam orkestra istana di Weimar. Meski demikian, Bach sulit melupakan cintanya kepada organ. Pada masa berikutnya, ia banyak menggubah komposisi untuk musik organ. Pengaruh musik organ Dietrich Buxtehude tidak dapat diabaikan dalam perjalanan karier Bach.
Dasar musik Bach adalah koral Jerman (paduan suara). Koral-koral di zaman Reformasi dalam gereja Lutheran Jerman yang mempengaruhinya, lebih berarah pada penyampaian pesan ketimbang penciptaan suasana hati. Koral-koral itu memuat pengakuan iman yang berdasarkan Alkitab dan bukan sekedar luapan perasaan pribadi.
Bach adalah seorang yang sangat disiplin. Ia mempergunakan kesempatan sebaik-sebaiknya dalam semua peristiwa, baik ataupun buruk, dalam hidupnya. Demikian sekilas pengenalan kita akan Bach. Lain-lain waktu, kita menulis lagi hal yang lain.
Orchestral Suites seringkali disebut sendiri oleh Bach sebagai "ouvertures". Istilah "ouverture" biasanya menunjuk kepada seksi pembukaan yang majestik, suatu gerakan pembukaan dari suatu karya besar, misalnya oratorio. Karya aslinya digubah sekitar 1730 tetapi kemudian dilanjutkan oleh anaknya CPE Bach dan muridnya Johann Ludwig Krebs.
Karya lain yang turut dipentaskan adalah Vivaldi Concerto for Guitar and String Orchestra; Arne Keyboard Concerto No. 5; Schubert Mass No. 2 in G Major; Mendelssohn Singet Dem Herrn Ein Neues Lied.
Conductor dari pementasan ini tidak asing lagi bagi kita yakni Dr. Billy Kristanto, Ph.D, Th.D. Para gurunya antara lain Mitzi Meyerson; Uwe Gronostay (Director of Berlin Philharmonic Choir); Ton Koopman; Stanley Hoogland. Terakhir ia mendalami musikologi di bawah Prof. Silke Leopold yang merupakan ahli Monteverdi, Handel dan Mozart di Universitas Heidelberg, Jerman. Dua disertasinya adalah "Musical Settings of Psalm 51 in Germany ca. 1600-1750 in the Perspectives of Reformational Music Aesthetics" (disertasi Ph.D) dan "Sola Dei Gloria: The Glory of God in the Thought of John Calvin" (disertasi Th.D) yang telah diterbitkan oleh penerbit internasional Peter Lang.
Terdapat 3 paduan suara dalam konser ini: Jakarta Oratorio Society, Reformed Oratorio Society-Singapore dan Medan Oratorio Society. Diiringi oleh Jakarta Symphony Orchestra.
Silahkan menghubungi Aula Simfonia Jakarta untuk ticketing.
(Source: buku Karunia Musik dan Wikipedia)