Musik Klasik Itu Indah
Blog tentang musik klasik terutama yang dipentaskan di Jakarta.
Selasa, 04 Juni 2019
Saint Saens - Carnival of the Animals (ASJ 22 Juni 2019)
Camille Saint Saens (1835-1921) yang lahir di Paris, bertumbuh sebagai seorang anak yang cerdas dan sangat berbakat musik. Usia 3 tahun ia telah menggubah komposisi musiknya yang pertama. Usia 10 tahun ia sudah bisa memainkan 32 sonata Beethoven dengan menghafal seluruhnya.
Betty Carlson berkata, "Pikirannya merupakan pikiran musikal yang mengagumkan. Ia memiliki terlalu banyak kemampuan dengan kualitas yang sama."
"Saint Saens adalah komponis yang menggubah dalam setiap jenis musik, seorang musikolog yang sangat baik dan seorang kritikus yang bersemangat dengan rasa humor yang menusuk. Ia juga mengarang puisi dan berminat dalam astronomi dan arkeologi."
Pada tahun 1878 ia kehilangan ke dua puteranya. Yang sulung, usia 2,5 tahun jatuh dari jendela dan meninggal. Yang bungsu meninggal tak lama sesudah itu. Ia menyalahkan istrinya atas kematian anak-anaknya, dan tiga tahun kemudian ia meninggalkan isterinya. Mereka tak pernah bertemu kembali.
Komposisi The Carnival of the Animals ditulis pada tahun 1886. Menyusul sebuah kegagalan tur konser di Jerman, ia mengundurkan diri ke sebuah desa di Austria. Di sini, ia menulis komposisi ini.
Awalnya Saint Saens tidak mengijinkan komposisi ini dipentaskan secara publik karena akan merusak imagenya sebagai komponis serius. Ia hanya mengijinkan musik cello The Swan yang melodinya sangat terkenal itu untuk dipentaskan. Karena itu, komposisi ini hanya dipentaskan secara privat dan disaksikan kalangan terbatas termasuk teman baiknya Franz Liszt.
Setelah kematiannya, komposisi ini dipublikasikan secara luas. Bahkan mau tidak mau, komposisi yang ditulisnya "kurang serius" justru merupakan komposisi yang paling menarik dan paling terkenal dari Saint Saens. Betty Carlson mengatakan, "Secara menyindir, karya ini merupakan salah satu lelucon musikal yang terbaik, yang diorkestrasi dengan luar biasa. Karya ini penuh dengan humor yang menjadi bagian dari tradisi Prancis".
Karya ini ditulis untuk dua piano dan orkestra dengan 14 gerakan. Gerakan pertama adalah "Introduction and Royal March of Lion". Yang paling terkenal adalah The Swan yang dimainkan dengan cello dan dua piano. Kita masih akan menemukan musik gajah, ikan, ayam dan seterusnya".
Pementasan komposisi ini akan dilakukan di Aula Simfonia Jakarta pada 22 Juni 2019. Anak-anak kita pasti senang menyaksikannya.
(Sumber: Buku "Karunia Musik" dan Wikipedia)
Rabu, 17 April 2019
Bach Mass in B Minor (ASJ 20 April 2019)
Adalah hal yang aneh bahwa seorang komponis Lutheran bisa menulis sebuah misa yang biasa dinyanyikan di gereja Katolik. Motivasi Bach masih menjadi perdebatan di antara para ahli hingga kini. Karya ini tidak pernah dipentaskan sepanjang hidup Bach.
Mengenai pentingnya karya ini, Alberto Basso menyimpulkan, "Mass in B Minor adalah pengabdian seluruh hidup: dimulai dari tahun 1733 utk alasan alasan "diplomatis", dan baru diselesaikan pada tahun tahun terakhir hidupnya, ketika Bach sudah menjadi buta. Karya monumental ini merupakan sintesis dari setiap kontribusi stylistic dan technical yang dibuat Bach bagi musik. Tetapi karya ini juga merupakan pergulatan spiritual luar biasa antara dunia pemuliaan Katolik dan penyembahan Lutheran akan salib Kristus".
Para ahli umumnya mengganggap bahwa karya ini merupakan kesimpulan dari pergumulan mendalam Bach sepanjang hidup dengan tradisi musik dan dalam kasus ini dengan setting paduan suara dan teologi.
Pada tahun 1733, raja Polandia Augustus II meninggal. Selama 5 bulan masa berkabung, tidak ada karya musik publik yang dibuat. Bach memakai kesempatan ini utk menulis misa ini, suatu liturgi yang dinyanyikan dalam bahasa Latin dan yang umum bagi tradisi Katolik. Bach ingin mendedikasikan karya ini kepada raja Augustus III, seorang Katolik dengan harapan agar dapat diangkat menjadi komposer istana. Ini yang dimaksudkan dengan motivasi "diplomasi" seperti yang dikatakan Basso di atas. Ada kemungkinan, Kyrie dalam lagu ini ditujukan sebagai musik ratapan atas kematian raja Augustus II dan Gloria sebagai musik selebrasi bertahtanya raja Augutus III.
Karya tidak lengkap dari Mass ini dipentaskan 36 tahun setelah kematian Bach yakni pada tahun 1786 dipimpin oleh CPE Bach, anak dari JS Bach. Karya lengkap baru dipentaskan pada tahun 1859 di Leipzig, 100 tahun setelah Bach meninggal. (Courtesy: wikipedia)
Mari menyaksikan konser Paskah ini.
Jumat, 01 Februari 2019
Oratorio Creation - Joseph Haydn (ASJ - 16 Feb 2019)
Oratorio Creation ditulis oleh Joseph Haydn pada 1797-1798 setelah mendengar pementasan oratorio-oratorio besar GF Handel di London pada periode 1791-1792 &1794-1795. Di antaranya, oratorio Handel Israel in Egypt yang memberikan inspirasi bagi Haydn untuk menggunakan teknik Word Painting/ Tone Painting di mana nada sejalan dengan kata-kata.
Pementasan perdana oratorio ini tahun 1798 sebenarnya merupakan konser privat tetapi ratusan orang menjejali di jalanan depan Schwarzenberg Palace (di Vienna), untuk turut mendengarkan konser ini. Konser publik perdana di Vienna pada 1799 sangat diterima baik di mana tiket sudah laku terjual jauh sebelumnya. Oratorio yang teksnya diambil dari Kitab Mazmur, Kitab Kejadian dan buku John Milton Paradise Lost ini pernah dipentaskan sekitar 40 kali di kota Vienna sepanjang hidup Haydn.
Dalam pementasan terakhir setahun sebelum Haydn meninggal, di mana dalam keadaan sakit dan tua ia menghadiri konser tersebut. Ketika tiba pada bagian di mana terang muncul dengan kontras yang begitu besar, penonton serentak memberikan tepuk tangan yang meriah. Haydn saat itu berkata sambil menunjuk ke atas: "Bukan adri saya. Semuanya datang dari Atas".
(Courtesy: Wikipedia)
Mari menyaksikan sekali lagi pementasan karya akbar Joseph Haydn di Aula Simfonia Jakarta pada Sabtu, 16 Februari 2019, Pk. 17.00.
Pementasan perdana oratorio ini tahun 1798 sebenarnya merupakan konser privat tetapi ratusan orang menjejali di jalanan depan Schwarzenberg Palace (di Vienna), untuk turut mendengarkan konser ini. Konser publik perdana di Vienna pada 1799 sangat diterima baik di mana tiket sudah laku terjual jauh sebelumnya. Oratorio yang teksnya diambil dari Kitab Mazmur, Kitab Kejadian dan buku John Milton Paradise Lost ini pernah dipentaskan sekitar 40 kali di kota Vienna sepanjang hidup Haydn.
Dalam pementasan terakhir setahun sebelum Haydn meninggal, di mana dalam keadaan sakit dan tua ia menghadiri konser tersebut. Ketika tiba pada bagian di mana terang muncul dengan kontras yang begitu besar, penonton serentak memberikan tepuk tangan yang meriah. Haydn saat itu berkata sambil menunjuk ke atas: "Bukan adri saya. Semuanya datang dari Atas".
(Courtesy: Wikipedia)
Mari menyaksikan sekali lagi pementasan karya akbar Joseph Haydn di Aula Simfonia Jakarta pada Sabtu, 16 Februari 2019, Pk. 17.00.
Rabu, 28 Januari 2015
Konser 14 Feb. '15: Rachmaninoff dan Beethoven
Terdapat dua karya besar yang dipentaskan dalam konser Aula Simfonia Jakarta kali ini yakni Rachmaninoff Piano Concerto No. 3 dan Beethoven Symphony No. 5.
Rachmaninoff menyusun konserto ini dan menyelesaikannya pada 23 September 1909. Konserto ini dihargai bahkan ditakuti oleh banyak orang. Josef Hofmann, pianis yang mana karya ini ditujukan kepadanya, sendirinya tidak pernah memainkan karya ini secara publik dan mengaku bahwa karya ini sebenarnya bukan untuknya. Pianis lainnya, Gary Graffman, meratap, bahwa ia tidak pernah belajar konserto ini selama ia menjadi pelajar, yaitu masa di mana "ia masih terlalu muda untuk mengenal ketakutan". Konserto ini baru dipentaskan pertama kali pada 28 November 1909 oleh Rachmaninoff sendiri diiringi oleh New York Symphony Society dan dipimpin oleh Walter Damrosch.
Manuskrip lagu ini baru dipublikasikan pada tahun 1910. Rachmaninoff sendiri beranggapan bahwa konserto ketiga merupakan favoritnya dibandingkan konserto yang lain. Katanya, "I much prefer the Third, because my Second is so uncomfortable to play". Pianis Vladimir Horowitz lah yang mempopulerkan konserto ketiga ini.
Jane S. Smith dan Bety Carlson mengatakan bahwa konserto ketiga adalah konserto yang sangat indah tetapi sangat sulit. Rachmaninoff menulis karya ini di tengah persiapannya untuk pertunjukan di Amerika dalam tur yang pertama. Ia bekerja delapan jam sehari untuk latihan teknik dan bangun pagi-pagi serta memanfaatkan waktu dengan baik. Orang-orang Rusia seringkali adalah pekerja yang sangat keras. Rachmaninoff benar-benar adalah seorang Rusia. Siapa pun yang mencoba memainkan salah satu komposisi pianonya akan menyadari jari-jarinya yang terampil, kekuatan dalam musiknya dan lebarnya jarak rentang dari tangannya yang besar. Ia dapat menjangkau dua belas nada. Tak peduli di manapun ia tampil, bahkan seandainya tampil dalam gedung yang hampir kosong sekalipun, ia selalu memberikan yang terbaik.
Pianis yang bermain untuk konser kali ini adalah Kevin Suherman yang pada bulan Januari tahun lalu, memainkan konserto keduanya Rachmaninoff.
Karya kedua adalah Beethoven Symphony No. 5. Karya ini mulai digubah oleh Beethoven pada tahun 1804. Karya ini baru diselesaikan pada tahun 1807-1808, di mana di dalam penulisannya, diinterupsi oleh penulisan karya lain. Karya ini juga diselesaikan hampir bersamaan dengan Simfoni No. 6 yang kemudian dipentaskan bersama-sama. Jane S. Smith dan Bety Carlson mengatakan bahwa Symphony No. 5 merupakan pelukisan musikal tentang perjuangan Beethoven dengan ketulian. Seperti halnya Goethe, Beethoven percaya akan nasib yang kejam. E.T.A Hoffman menyebut karya ini sebagai "indescribably profound, magnificent symphony in C minor". Karya ini telah mempengaruhi Brahms, Tchaikovsky, khususnya symphony no. 4, Mahler, Berlioz dan lain sebagainya.
Konser kali ini didireksi oleh Dr. Stephen Tong.
Silahkan hubungi Aula Simfonia Jakarta untuk ticketing.
(sumber: wikipedia.org dan buku "Karunia Musik" Terbitan Momentum)
Rachmaninoff menyusun konserto ini dan menyelesaikannya pada 23 September 1909. Konserto ini dihargai bahkan ditakuti oleh banyak orang. Josef Hofmann, pianis yang mana karya ini ditujukan kepadanya, sendirinya tidak pernah memainkan karya ini secara publik dan mengaku bahwa karya ini sebenarnya bukan untuknya. Pianis lainnya, Gary Graffman, meratap, bahwa ia tidak pernah belajar konserto ini selama ia menjadi pelajar, yaitu masa di mana "ia masih terlalu muda untuk mengenal ketakutan". Konserto ini baru dipentaskan pertama kali pada 28 November 1909 oleh Rachmaninoff sendiri diiringi oleh New York Symphony Society dan dipimpin oleh Walter Damrosch.
Manuskrip lagu ini baru dipublikasikan pada tahun 1910. Rachmaninoff sendiri beranggapan bahwa konserto ketiga merupakan favoritnya dibandingkan konserto yang lain. Katanya, "I much prefer the Third, because my Second is so uncomfortable to play". Pianis Vladimir Horowitz lah yang mempopulerkan konserto ketiga ini.
Jane S. Smith dan Bety Carlson mengatakan bahwa konserto ketiga adalah konserto yang sangat indah tetapi sangat sulit. Rachmaninoff menulis karya ini di tengah persiapannya untuk pertunjukan di Amerika dalam tur yang pertama. Ia bekerja delapan jam sehari untuk latihan teknik dan bangun pagi-pagi serta memanfaatkan waktu dengan baik. Orang-orang Rusia seringkali adalah pekerja yang sangat keras. Rachmaninoff benar-benar adalah seorang Rusia. Siapa pun yang mencoba memainkan salah satu komposisi pianonya akan menyadari jari-jarinya yang terampil, kekuatan dalam musiknya dan lebarnya jarak rentang dari tangannya yang besar. Ia dapat menjangkau dua belas nada. Tak peduli di manapun ia tampil, bahkan seandainya tampil dalam gedung yang hampir kosong sekalipun, ia selalu memberikan yang terbaik.
Pianis yang bermain untuk konser kali ini adalah Kevin Suherman yang pada bulan Januari tahun lalu, memainkan konserto keduanya Rachmaninoff.
Karya kedua adalah Beethoven Symphony No. 5. Karya ini mulai digubah oleh Beethoven pada tahun 1804. Karya ini baru diselesaikan pada tahun 1807-1808, di mana di dalam penulisannya, diinterupsi oleh penulisan karya lain. Karya ini juga diselesaikan hampir bersamaan dengan Simfoni No. 6 yang kemudian dipentaskan bersama-sama. Jane S. Smith dan Bety Carlson mengatakan bahwa Symphony No. 5 merupakan pelukisan musikal tentang perjuangan Beethoven dengan ketulian. Seperti halnya Goethe, Beethoven percaya akan nasib yang kejam. E.T.A Hoffman menyebut karya ini sebagai "indescribably profound, magnificent symphony in C minor". Karya ini telah mempengaruhi Brahms, Tchaikovsky, khususnya symphony no. 4, Mahler, Berlioz dan lain sebagainya.
Konser kali ini didireksi oleh Dr. Stephen Tong.
Silahkan hubungi Aula Simfonia Jakarta untuk ticketing.
(sumber: wikipedia.org dan buku "Karunia Musik" Terbitan Momentum)
Minggu, 21 September 2014
Konser 27 Sept. '14: Beethoven Symphony No. 6
Aula Simfonia Jakarta kembali mengadakan pementasan akbar pada 27 September 2014. Salah satu karya yang dimainkan adalah Symphony No. 6 dari L. v Beethoven.
The Symphony No 6 di F mayor, Op. 68, juga dikenal sebagai Pastoral Symphony (Jerman Pastoral-Sinfonie), adalah sebuah simfoni disusun oleh Ludwig van Beethoven, dan selesai pada 1808.
Beethoven adalah seorang pecinta alam yang menghabiskan banyak waktunya di jalan-jalan di negara itu. Dia sering meninggalkan Wina untuk bekerja di pedesaan. Beethoven mengatakan bahwa Symphony keenam bersifat memiliki "perasaan yang lebih ekspresif dari lukisan".
Simfoni ini menggunakan instrumen piccolo (gerakan keempat saja), 2 seruling, 2 oboe, 2 klarinet dalam B flat, 2 bassoon, 2 horn di F dan B flat, 2 terompet di C dan E flat (ketiga, keempat, dan kelima gerakan saja), 2 trombon (alto dan tenor, gerakan keempat dan kelima saja), timpani (gerakan keempat saja), dan string.
Simfoni ini memiliki lima gerakan, bukan empat gerakan sebagaimana khas simfoni dari era klasik.
Beethoven menulis catatan deskriptif singkat di kepala masing-masing gerakan.
Gerakan pertama, Allegro ma non troppo: perasaan ceria pada saat kedatangan di pedesaan. Simfoni dimulai dengan gerakan tenang dan ceria yang menggambarkan perasaan sang komposer saat ia tiba di negeri ini. Karya ini dalam bentuk sonata, dan motif yang secara luas dikembangkan. Pada beberapa titik Beethoven membangun tekstur orkestra oleh beberapa pengulangan motif yang sangat singkat.
Gerakan kedua, Andante molto Mosso: gerakan ini, diberi judul oleh Beethoven "Oleh sungai". Pada pembukaan senar memainkan motif yang jelas meniru air yang mengalir. Menjelang akhir gerakan ada cadenza untuk instrumen musik tiup kayu yang meniru panggilan burung. Beethoven membantu mengidentifikasi jenis burung dalam skor: burung bulbul (flute), puyuh (oboe), dan cuckoo (dua klarinet).
Gerakan ketiga, Allegro: pertemuan penuh damai oleh rakyat negeri setempat. Ini adalah bagian scherzo, yang menggambarkan tarian rakyat negeri dan menikmatinya.
Gerakan keempat, Allegro: guntur dan badai. Gerakan keempat, di F minor, menggambarkan badai keras dengan realisme telaten, dimulai dengan gambaran hanya beberapa tetes hujan dan mencapai klimaks besar dengan guntur, petir, angin kencang, dan hujan deras. Badai akhirnya berlalu, dengan gemuruh sesekali guntur masih terdengar di kejauhan.
Gerakan kelima, Allegretto: "Lagu Gembala. Perasaan bahagia dan bersyukur setelah badai".
Konser akan didireksi oleh Dr. Stephen Tong dan Dr. Billy Kristanto dengan Jakarta Simfonia Orchestra. Silahkan menghubungi www.aulasimfoniajakarta.com untuk ticketing.
(materi tentang Symphony no 6 berasal dari Wikipedia.org)
The Symphony No 6 di F mayor, Op. 68, juga dikenal sebagai Pastoral Symphony (Jerman Pastoral-Sinfonie), adalah sebuah simfoni disusun oleh Ludwig van Beethoven, dan selesai pada 1808.
Beethoven adalah seorang pecinta alam yang menghabiskan banyak waktunya di jalan-jalan di negara itu. Dia sering meninggalkan Wina untuk bekerja di pedesaan. Beethoven mengatakan bahwa Symphony keenam bersifat memiliki "perasaan yang lebih ekspresif dari lukisan".
Simfoni ini menggunakan instrumen piccolo (gerakan keempat saja), 2 seruling, 2 oboe, 2 klarinet dalam B flat, 2 bassoon, 2 horn di F dan B flat, 2 terompet di C dan E flat (ketiga, keempat, dan kelima gerakan saja), 2 trombon (alto dan tenor, gerakan keempat dan kelima saja), timpani (gerakan keempat saja), dan string.
Simfoni ini memiliki lima gerakan, bukan empat gerakan sebagaimana khas simfoni dari era klasik.
Beethoven menulis catatan deskriptif singkat di kepala masing-masing gerakan.
Gerakan pertama, Allegro ma non troppo: perasaan ceria pada saat kedatangan di pedesaan. Simfoni dimulai dengan gerakan tenang dan ceria yang menggambarkan perasaan sang komposer saat ia tiba di negeri ini. Karya ini dalam bentuk sonata, dan motif yang secara luas dikembangkan. Pada beberapa titik Beethoven membangun tekstur orkestra oleh beberapa pengulangan motif yang sangat singkat.
Gerakan kedua, Andante molto Mosso: gerakan ini, diberi judul oleh Beethoven "Oleh sungai". Pada pembukaan senar memainkan motif yang jelas meniru air yang mengalir. Menjelang akhir gerakan ada cadenza untuk instrumen musik tiup kayu yang meniru panggilan burung. Beethoven membantu mengidentifikasi jenis burung dalam skor: burung bulbul (flute), puyuh (oboe), dan cuckoo (dua klarinet).
Gerakan ketiga, Allegro: pertemuan penuh damai oleh rakyat negeri setempat. Ini adalah bagian scherzo, yang menggambarkan tarian rakyat negeri dan menikmatinya.
Gerakan keempat, Allegro: guntur dan badai. Gerakan keempat, di F minor, menggambarkan badai keras dengan realisme telaten, dimulai dengan gambaran hanya beberapa tetes hujan dan mencapai klimaks besar dengan guntur, petir, angin kencang, dan hujan deras. Badai akhirnya berlalu, dengan gemuruh sesekali guntur masih terdengar di kejauhan.
Gerakan kelima, Allegretto: "Lagu Gembala. Perasaan bahagia dan bersyukur setelah badai".
Konser akan didireksi oleh Dr. Stephen Tong dan Dr. Billy Kristanto dengan Jakarta Simfonia Orchestra. Silahkan menghubungi www.aulasimfoniajakarta.com untuk ticketing.
(materi tentang Symphony no 6 berasal dari Wikipedia.org)
Rabu, 13 Agustus 2014
Konser 30 Ags. '14: Bach, Rachmaninoff, Dvorak
Aula Simfonia Jakarta kembali mementaskan 3 karya besar pada 30 Agustus 2014.
Pertama, Bach Keyboard Concerto No. 1 in D Minor (Played on Organ). Mengenai Johan Sebastian Bach, saya sudah pernah membahasnya dalam artikel yang lalu. Pada tahun 1729-1741, Bach ditugaskan sebagai direktur pada "Collegium Musicum" di Leipzig, suatu kelompok musik untuk mahasiswa yang didirikan oleh Georg Philipp Telemann pada 1703. Kelompok ini sering mementas di kedai kopi Zimmermann. Selama periode inilah Bach menuli karya-karya konsert harpsichord. Karya-karya ini dianggap sebagai karya-karya awal dari instrumen keyboard yang pernah ditulis. Karya Concerto No. 1 merupakan karya paling terkenal dari seri konserto ini. Felix Mendelssohn pernah mementaskan karya ini. Dr. Billy Kristanto akan memainkan seksi organ-nya dengan diiringi oleh Jakarta Simfonia Orchestra.
Kedua, Rachmaninoff's Rhapsody on a Theme of Paganini. Mengenai Rachmaninoff, saya sudah pernah menulisnya dalam artikel yang lalu. Karya ini merupakan karya solo piano dan orkestra dan ditutup dengan bagian piano concerto. Karya ini digubah dari tanggal 3 Juli sampai 18 Agustus 1934 berdasarkan kepada karya Nicollo Paganini untuk biola solo. Variasi yang paling terkenal adalah Variasi 18. Kita bisa mendengarkan Rubinstein memainkan variasi ini.
Ketiga, Dvorak's Cello Concerto in B Minor. Karya ini ditulis untuk rekannya Hanus Wihan pada tahun 1894-1895.
Konser kali ini akan didireksi oleh Dr. Stephen Tong dan Dr. Billy Kristanto.
Silahkan menghubungi www.aulasimfoniajakarta.com untuk ticketing.
Pertama, Bach Keyboard Concerto No. 1 in D Minor (Played on Organ). Mengenai Johan Sebastian Bach, saya sudah pernah membahasnya dalam artikel yang lalu. Pada tahun 1729-1741, Bach ditugaskan sebagai direktur pada "Collegium Musicum" di Leipzig, suatu kelompok musik untuk mahasiswa yang didirikan oleh Georg Philipp Telemann pada 1703. Kelompok ini sering mementas di kedai kopi Zimmermann. Selama periode inilah Bach menuli karya-karya konsert harpsichord. Karya-karya ini dianggap sebagai karya-karya awal dari instrumen keyboard yang pernah ditulis. Karya Concerto No. 1 merupakan karya paling terkenal dari seri konserto ini. Felix Mendelssohn pernah mementaskan karya ini. Dr. Billy Kristanto akan memainkan seksi organ-nya dengan diiringi oleh Jakarta Simfonia Orchestra.
Kedua, Rachmaninoff's Rhapsody on a Theme of Paganini. Mengenai Rachmaninoff, saya sudah pernah menulisnya dalam artikel yang lalu. Karya ini merupakan karya solo piano dan orkestra dan ditutup dengan bagian piano concerto. Karya ini digubah dari tanggal 3 Juli sampai 18 Agustus 1934 berdasarkan kepada karya Nicollo Paganini untuk biola solo. Variasi yang paling terkenal adalah Variasi 18. Kita bisa mendengarkan Rubinstein memainkan variasi ini.
Ketiga, Dvorak's Cello Concerto in B Minor. Karya ini ditulis untuk rekannya Hanus Wihan pada tahun 1894-1895.
Konser kali ini akan didireksi oleh Dr. Stephen Tong dan Dr. Billy Kristanto.
Silahkan menghubungi www.aulasimfoniajakarta.com untuk ticketing.
Kamis, 19 Juni 2014
Konser 21 Jun. '14: Opera Carmen, La Traviata & Turandot
Aula Simfonia Jakarta mementaskan opera yang pertama dan memainkan cuplikan dari tiga opera besar yakni Carmen, La Traviata dan Turandot. Kita akan melihat cuplikan ketiganya di sini.
La Traviata ditulis oleh komponis Italia Giuseppe Verdi (1813-1901) pada tahun 1853. Verdi merupakan komponis Italia yang amat penting. Selama periode 1842-1893, lebih dari 50 tahun, karya-karya Verdi begitu mendominasi opera Italia. Gaya, estetika dan filsafatnya jauh berbeda dari Wagner, suatu hal yang mencerminkan perbedaan antara kebudayaan Italia dan Jerman. Namun, seperti Wagner, ia juga seorang pembawa inovasi dan ia selalu memperlihatkan suatu komitmen pada sintaksis aksi di pentas, libretto dan musik.
Suatu hal yang penting pada masa penulisan opera-opera Verdi adalah hubungan dengan Giuseppina Strepponi (setelah istrinya pertamanya meninggal pada tahun 1840). Strepponi adalah seorang penyanyi sopran. Ia bertemu dengan Verdi pada tahun 1847 di Paris, jatuh cinta dan kemudian tinggal bersama. Pada waktu mereka kembali ke Busseto (tempat kelahiran Verdi di Italia Utara), mereka menjadi buah bibir. Seluruh cerita tentang hubungan cintanya dengna Strepponi merupakan latar belakang yang menarik pada opera La Traviata, yang berpusat pada tema cinta.
Opera Turandot digubah oleh komponis Italia yang lain, Giacomo Puccini (1858-1924) sekitar tahun 1920an. Puccini memutuskan menjadi komponis opera setelah mendengar pertunjukan opera Aida karya Verdi. Opera ini tidak keburu diselesaikan oleh Puccini karena meninggal tetapi Franco Alfano meneruskannya hingga selesai dan dipentaskan pertama kali di La Scala, Milano pada 25 April 1925. Opera Turandot adalah cerita cinta yang berlatar Tiongkok Kuno, tentang hubungan percintaan Putri Turandot.
Opera Carmen adalah opera yang digubah oleh komponis Prancis Georges Bizet. Opera ini berfokus kepada elemen-elemen baru yang kontroversial dalam sejarah opera Prancis. Antara lain: kehidupan proletar (kelompok miskin dalam kamus Marxis), imoralitas dan hidup tanpa hukum serta kematian tragis. Musik dari Carmen memperlihatkan kebrilianan melodi, harmoni dan atmosfir dan orkestrasi.
Karya-karya ini akan dipentaskan oleh Jakarta Oratorio Society dan Jakarta Simfonia Orchestra di bawah direksi Eunice Tong Holden dan Rebecca Tong serta empat penyanyi yang pernah mementas: Cecilia Yap, Anna Koor, Noel Azcona, Jae Wook Lee. Biografi mereka dapat dibaca di Blog Musik Klasik Itu Indah. Rebecca baru saja diterima dalam program doktor di College-Conservatory of Music, University of Cincinnati, USA.
Silahkan menghubungi Aula Simfonia Jakarta untuk ticketing.
(sumber: Rhoderick J. McNeill, "Sejarah Musik 2" dan wikipedia)
La Traviata ditulis oleh komponis Italia Giuseppe Verdi (1813-1901) pada tahun 1853. Verdi merupakan komponis Italia yang amat penting. Selama periode 1842-1893, lebih dari 50 tahun, karya-karya Verdi begitu mendominasi opera Italia. Gaya, estetika dan filsafatnya jauh berbeda dari Wagner, suatu hal yang mencerminkan perbedaan antara kebudayaan Italia dan Jerman. Namun, seperti Wagner, ia juga seorang pembawa inovasi dan ia selalu memperlihatkan suatu komitmen pada sintaksis aksi di pentas, libretto dan musik.
Suatu hal yang penting pada masa penulisan opera-opera Verdi adalah hubungan dengan Giuseppina Strepponi (setelah istrinya pertamanya meninggal pada tahun 1840). Strepponi adalah seorang penyanyi sopran. Ia bertemu dengan Verdi pada tahun 1847 di Paris, jatuh cinta dan kemudian tinggal bersama. Pada waktu mereka kembali ke Busseto (tempat kelahiran Verdi di Italia Utara), mereka menjadi buah bibir. Seluruh cerita tentang hubungan cintanya dengna Strepponi merupakan latar belakang yang menarik pada opera La Traviata, yang berpusat pada tema cinta.
Opera Turandot digubah oleh komponis Italia yang lain, Giacomo Puccini (1858-1924) sekitar tahun 1920an. Puccini memutuskan menjadi komponis opera setelah mendengar pertunjukan opera Aida karya Verdi. Opera ini tidak keburu diselesaikan oleh Puccini karena meninggal tetapi Franco Alfano meneruskannya hingga selesai dan dipentaskan pertama kali di La Scala, Milano pada 25 April 1925. Opera Turandot adalah cerita cinta yang berlatar Tiongkok Kuno, tentang hubungan percintaan Putri Turandot.
Opera Carmen adalah opera yang digubah oleh komponis Prancis Georges Bizet. Opera ini berfokus kepada elemen-elemen baru yang kontroversial dalam sejarah opera Prancis. Antara lain: kehidupan proletar (kelompok miskin dalam kamus Marxis), imoralitas dan hidup tanpa hukum serta kematian tragis. Musik dari Carmen memperlihatkan kebrilianan melodi, harmoni dan atmosfir dan orkestrasi.
Karya-karya ini akan dipentaskan oleh Jakarta Oratorio Society dan Jakarta Simfonia Orchestra di bawah direksi Eunice Tong Holden dan Rebecca Tong serta empat penyanyi yang pernah mementas: Cecilia Yap, Anna Koor, Noel Azcona, Jae Wook Lee. Biografi mereka dapat dibaca di Blog Musik Klasik Itu Indah. Rebecca baru saja diterima dalam program doktor di College-Conservatory of Music, University of Cincinnati, USA.
Silahkan menghubungi Aula Simfonia Jakarta untuk ticketing.
(sumber: Rhoderick J. McNeill, "Sejarah Musik 2" dan wikipedia)
Langganan:
Postingan (Atom)