Aula Simfonia Jakarta kembali mengadakan pementasan akbar pada 27 September 2014. Salah satu karya yang dimainkan adalah Symphony No. 6 dari L. v Beethoven.
The Symphony No 6 di F mayor, Op. 68, juga dikenal sebagai Pastoral Symphony (Jerman Pastoral-Sinfonie), adalah sebuah simfoni disusun oleh Ludwig van Beethoven, dan selesai pada 1808.
Beethoven adalah seorang pecinta alam yang menghabiskan banyak waktunya di jalan-jalan di negara itu. Dia sering meninggalkan Wina untuk bekerja di pedesaan. Beethoven mengatakan bahwa Symphony keenam bersifat memiliki "perasaan yang lebih ekspresif dari lukisan".
Simfoni ini menggunakan instrumen piccolo (gerakan keempat saja), 2 seruling, 2 oboe, 2 klarinet dalam B flat, 2 bassoon, 2 horn di F dan B flat, 2 terompet di C dan E flat (ketiga, keempat, dan kelima gerakan saja), 2 trombon (alto dan tenor, gerakan keempat dan kelima saja), timpani (gerakan keempat saja), dan string.
Simfoni ini memiliki lima gerakan, bukan empat gerakan sebagaimana khas simfoni dari era klasik.
Beethoven menulis catatan deskriptif singkat di kepala masing-masing gerakan.
Gerakan pertama, Allegro ma non troppo: perasaan ceria pada saat kedatangan di pedesaan. Simfoni dimulai dengan gerakan tenang dan ceria yang menggambarkan perasaan sang komposer saat ia tiba di negeri ini. Karya ini dalam bentuk sonata, dan motif yang secara luas dikembangkan. Pada beberapa titik Beethoven membangun tekstur orkestra oleh beberapa pengulangan motif yang sangat singkat.
Gerakan kedua, Andante molto Mosso: gerakan ini, diberi judul oleh Beethoven "Oleh sungai". Pada pembukaan senar memainkan motif yang jelas meniru air yang mengalir. Menjelang akhir gerakan ada cadenza untuk instrumen musik tiup kayu yang meniru panggilan burung. Beethoven membantu mengidentifikasi jenis burung dalam skor: burung bulbul (flute), puyuh (oboe), dan cuckoo (dua klarinet).
Gerakan ketiga, Allegro: pertemuan penuh damai oleh rakyat negeri setempat. Ini adalah bagian scherzo, yang menggambarkan tarian rakyat negeri dan menikmatinya.
Gerakan keempat, Allegro: guntur dan badai. Gerakan keempat, di F minor, menggambarkan badai keras dengan realisme telaten, dimulai dengan gambaran hanya beberapa tetes hujan dan mencapai klimaks besar dengan guntur, petir, angin kencang, dan hujan deras. Badai akhirnya berlalu, dengan gemuruh sesekali guntur masih terdengar di kejauhan.
Gerakan kelima, Allegretto: "Lagu Gembala. Perasaan bahagia dan bersyukur setelah badai".
Konser akan didireksi oleh Dr. Stephen Tong dan Dr. Billy Kristanto dengan Jakarta Simfonia Orchestra. Silahkan menghubungi www.aulasimfoniajakarta.com untuk ticketing.
(materi tentang Symphony no 6 berasal dari Wikipedia.org)
Minggu, 21 September 2014
Rabu, 13 Agustus 2014
Konser 30 Ags. '14: Bach, Rachmaninoff, Dvorak
Aula Simfonia Jakarta kembali mementaskan 3 karya besar pada 30 Agustus 2014.
Pertama, Bach Keyboard Concerto No. 1 in D Minor (Played on Organ). Mengenai Johan Sebastian Bach, saya sudah pernah membahasnya dalam artikel yang lalu. Pada tahun 1729-1741, Bach ditugaskan sebagai direktur pada "Collegium Musicum" di Leipzig, suatu kelompok musik untuk mahasiswa yang didirikan oleh Georg Philipp Telemann pada 1703. Kelompok ini sering mementas di kedai kopi Zimmermann. Selama periode inilah Bach menuli karya-karya konsert harpsichord. Karya-karya ini dianggap sebagai karya-karya awal dari instrumen keyboard yang pernah ditulis. Karya Concerto No. 1 merupakan karya paling terkenal dari seri konserto ini. Felix Mendelssohn pernah mementaskan karya ini. Dr. Billy Kristanto akan memainkan seksi organ-nya dengan diiringi oleh Jakarta Simfonia Orchestra.
Kedua, Rachmaninoff's Rhapsody on a Theme of Paganini. Mengenai Rachmaninoff, saya sudah pernah menulisnya dalam artikel yang lalu. Karya ini merupakan karya solo piano dan orkestra dan ditutup dengan bagian piano concerto. Karya ini digubah dari tanggal 3 Juli sampai 18 Agustus 1934 berdasarkan kepada karya Nicollo Paganini untuk biola solo. Variasi yang paling terkenal adalah Variasi 18. Kita bisa mendengarkan Rubinstein memainkan variasi ini.
Ketiga, Dvorak's Cello Concerto in B Minor. Karya ini ditulis untuk rekannya Hanus Wihan pada tahun 1894-1895.
Konser kali ini akan didireksi oleh Dr. Stephen Tong dan Dr. Billy Kristanto.
Silahkan menghubungi www.aulasimfoniajakarta.com untuk ticketing.
Pertama, Bach Keyboard Concerto No. 1 in D Minor (Played on Organ). Mengenai Johan Sebastian Bach, saya sudah pernah membahasnya dalam artikel yang lalu. Pada tahun 1729-1741, Bach ditugaskan sebagai direktur pada "Collegium Musicum" di Leipzig, suatu kelompok musik untuk mahasiswa yang didirikan oleh Georg Philipp Telemann pada 1703. Kelompok ini sering mementas di kedai kopi Zimmermann. Selama periode inilah Bach menuli karya-karya konsert harpsichord. Karya-karya ini dianggap sebagai karya-karya awal dari instrumen keyboard yang pernah ditulis. Karya Concerto No. 1 merupakan karya paling terkenal dari seri konserto ini. Felix Mendelssohn pernah mementaskan karya ini. Dr. Billy Kristanto akan memainkan seksi organ-nya dengan diiringi oleh Jakarta Simfonia Orchestra.
Kedua, Rachmaninoff's Rhapsody on a Theme of Paganini. Mengenai Rachmaninoff, saya sudah pernah menulisnya dalam artikel yang lalu. Karya ini merupakan karya solo piano dan orkestra dan ditutup dengan bagian piano concerto. Karya ini digubah dari tanggal 3 Juli sampai 18 Agustus 1934 berdasarkan kepada karya Nicollo Paganini untuk biola solo. Variasi yang paling terkenal adalah Variasi 18. Kita bisa mendengarkan Rubinstein memainkan variasi ini.
Ketiga, Dvorak's Cello Concerto in B Minor. Karya ini ditulis untuk rekannya Hanus Wihan pada tahun 1894-1895.
Konser kali ini akan didireksi oleh Dr. Stephen Tong dan Dr. Billy Kristanto.
Silahkan menghubungi www.aulasimfoniajakarta.com untuk ticketing.
Kamis, 19 Juni 2014
Konser 21 Jun. '14: Opera Carmen, La Traviata & Turandot
Aula Simfonia Jakarta mementaskan opera yang pertama dan memainkan cuplikan dari tiga opera besar yakni Carmen, La Traviata dan Turandot. Kita akan melihat cuplikan ketiganya di sini.
La Traviata ditulis oleh komponis Italia Giuseppe Verdi (1813-1901) pada tahun 1853. Verdi merupakan komponis Italia yang amat penting. Selama periode 1842-1893, lebih dari 50 tahun, karya-karya Verdi begitu mendominasi opera Italia. Gaya, estetika dan filsafatnya jauh berbeda dari Wagner, suatu hal yang mencerminkan perbedaan antara kebudayaan Italia dan Jerman. Namun, seperti Wagner, ia juga seorang pembawa inovasi dan ia selalu memperlihatkan suatu komitmen pada sintaksis aksi di pentas, libretto dan musik.
Suatu hal yang penting pada masa penulisan opera-opera Verdi adalah hubungan dengan Giuseppina Strepponi (setelah istrinya pertamanya meninggal pada tahun 1840). Strepponi adalah seorang penyanyi sopran. Ia bertemu dengan Verdi pada tahun 1847 di Paris, jatuh cinta dan kemudian tinggal bersama. Pada waktu mereka kembali ke Busseto (tempat kelahiran Verdi di Italia Utara), mereka menjadi buah bibir. Seluruh cerita tentang hubungan cintanya dengna Strepponi merupakan latar belakang yang menarik pada opera La Traviata, yang berpusat pada tema cinta.
Opera Turandot digubah oleh komponis Italia yang lain, Giacomo Puccini (1858-1924) sekitar tahun 1920an. Puccini memutuskan menjadi komponis opera setelah mendengar pertunjukan opera Aida karya Verdi. Opera ini tidak keburu diselesaikan oleh Puccini karena meninggal tetapi Franco Alfano meneruskannya hingga selesai dan dipentaskan pertama kali di La Scala, Milano pada 25 April 1925. Opera Turandot adalah cerita cinta yang berlatar Tiongkok Kuno, tentang hubungan percintaan Putri Turandot.
Opera Carmen adalah opera yang digubah oleh komponis Prancis Georges Bizet. Opera ini berfokus kepada elemen-elemen baru yang kontroversial dalam sejarah opera Prancis. Antara lain: kehidupan proletar (kelompok miskin dalam kamus Marxis), imoralitas dan hidup tanpa hukum serta kematian tragis. Musik dari Carmen memperlihatkan kebrilianan melodi, harmoni dan atmosfir dan orkestrasi.
Karya-karya ini akan dipentaskan oleh Jakarta Oratorio Society dan Jakarta Simfonia Orchestra di bawah direksi Eunice Tong Holden dan Rebecca Tong serta empat penyanyi yang pernah mementas: Cecilia Yap, Anna Koor, Noel Azcona, Jae Wook Lee. Biografi mereka dapat dibaca di Blog Musik Klasik Itu Indah. Rebecca baru saja diterima dalam program doktor di College-Conservatory of Music, University of Cincinnati, USA.
Silahkan menghubungi Aula Simfonia Jakarta untuk ticketing.
(sumber: Rhoderick J. McNeill, "Sejarah Musik 2" dan wikipedia)
La Traviata ditulis oleh komponis Italia Giuseppe Verdi (1813-1901) pada tahun 1853. Verdi merupakan komponis Italia yang amat penting. Selama periode 1842-1893, lebih dari 50 tahun, karya-karya Verdi begitu mendominasi opera Italia. Gaya, estetika dan filsafatnya jauh berbeda dari Wagner, suatu hal yang mencerminkan perbedaan antara kebudayaan Italia dan Jerman. Namun, seperti Wagner, ia juga seorang pembawa inovasi dan ia selalu memperlihatkan suatu komitmen pada sintaksis aksi di pentas, libretto dan musik.
Suatu hal yang penting pada masa penulisan opera-opera Verdi adalah hubungan dengan Giuseppina Strepponi (setelah istrinya pertamanya meninggal pada tahun 1840). Strepponi adalah seorang penyanyi sopran. Ia bertemu dengan Verdi pada tahun 1847 di Paris, jatuh cinta dan kemudian tinggal bersama. Pada waktu mereka kembali ke Busseto (tempat kelahiran Verdi di Italia Utara), mereka menjadi buah bibir. Seluruh cerita tentang hubungan cintanya dengna Strepponi merupakan latar belakang yang menarik pada opera La Traviata, yang berpusat pada tema cinta.
Opera Turandot digubah oleh komponis Italia yang lain, Giacomo Puccini (1858-1924) sekitar tahun 1920an. Puccini memutuskan menjadi komponis opera setelah mendengar pertunjukan opera Aida karya Verdi. Opera ini tidak keburu diselesaikan oleh Puccini karena meninggal tetapi Franco Alfano meneruskannya hingga selesai dan dipentaskan pertama kali di La Scala, Milano pada 25 April 1925. Opera Turandot adalah cerita cinta yang berlatar Tiongkok Kuno, tentang hubungan percintaan Putri Turandot.
Opera Carmen adalah opera yang digubah oleh komponis Prancis Georges Bizet. Opera ini berfokus kepada elemen-elemen baru yang kontroversial dalam sejarah opera Prancis. Antara lain: kehidupan proletar (kelompok miskin dalam kamus Marxis), imoralitas dan hidup tanpa hukum serta kematian tragis. Musik dari Carmen memperlihatkan kebrilianan melodi, harmoni dan atmosfir dan orkestrasi.
Karya-karya ini akan dipentaskan oleh Jakarta Oratorio Society dan Jakarta Simfonia Orchestra di bawah direksi Eunice Tong Holden dan Rebecca Tong serta empat penyanyi yang pernah mementas: Cecilia Yap, Anna Koor, Noel Azcona, Jae Wook Lee. Biografi mereka dapat dibaca di Blog Musik Klasik Itu Indah. Rebecca baru saja diterima dalam program doktor di College-Conservatory of Music, University of Cincinnati, USA.
Silahkan menghubungi Aula Simfonia Jakarta untuk ticketing.
(sumber: Rhoderick J. McNeill, "Sejarah Musik 2" dan wikipedia)
Senin, 12 Mei 2014
Konser 14 Mei '14: Wilson Hermanto, Linus Roth & Beethoven
Wilson Hermanto adalah conductor kelahiran Indonesia. Ia pernah tampil memimpin Orchestre National de Lyon, London Philharmonic Orchestra, Prague Symphony Orchestra, Orchestre National du Capitole de Toulouse, Orchestre de Chambre de Paris, juga Schleswig-Holstein Festival Orchestra dalam kolaborasi bersama pianis terkenal sejagad, Lang-Lang. Ia juga pernah mementas bersama Orchestre Philharmonique de Radio France, Ulster Orchestra in Belfast, Symphony Silicon Valley di San Jose dan Orquesta Filarmonica de Bogota di Kolombia. Ia pernah menjadi asisten conductor dari Franz Welser-Most. Silahkan mengunjungi http://wilsonhermanto.fr.
Pemain biola Linus Roth pernah bermain biola bersama Radio Symphoy Orchestras Berlin, Bruckner Orchester Linz, Orquesta de Cordoba, Orquesta de Navarra, Orquesta della Teatro San Carlo Napoli, Royal Liverpool Philharmonic, Berner Sinfonieorchester, Orchestra of the State Opera Stuttgart, Vienna Chamber Philharmonic, dl. Silahkan mengunjungi http://www.linusroth.com.
Kedua pemusik ini akan tampil bersama Jakarta Simfonia Orchestra menampilkan karya-karya Beethoven yang penting antara lain Violin Concerto in D Major dan Symphony No. 2 in D Major.
Silahkan menghubungi http://www.aulasimfoniajakarta.com untuk ticketing konser 14 Mei 2014.
Pemain biola Linus Roth pernah bermain biola bersama Radio Symphoy Orchestras Berlin, Bruckner Orchester Linz, Orquesta de Cordoba, Orquesta de Navarra, Orquesta della Teatro San Carlo Napoli, Royal Liverpool Philharmonic, Berner Sinfonieorchester, Orchestra of the State Opera Stuttgart, Vienna Chamber Philharmonic, dl. Silahkan mengunjungi http://www.linusroth.com.
Kedua pemusik ini akan tampil bersama Jakarta Simfonia Orchestra menampilkan karya-karya Beethoven yang penting antara lain Violin Concerto in D Major dan Symphony No. 2 in D Major.
Silahkan menghubungi http://www.aulasimfoniajakarta.com untuk ticketing konser 14 Mei 2014.
Selasa, 15 April 2014
Konser 19 Apr. '14: Handel Messiah Part II & III
Aula Simfonia Jakarta kembali mengadakan konser Paskah pada Sabtu, 19 April 2014. Konser kali ini memainkan dua karya besar. Yang pertama adalah melanjutkan konser bulan sebelumnya yakni menyelesaikan karya agung Antonio Vivaldi "The Four Seasons" bagian Autumn dan Winter.
Karya besar yang kedua adalah karya George Frideric Handel (1685-1759) "Messiah". Handel senantiasa tertarik kepada melodi dan suara yang indah (eufoni) - standar kesempurnaan Latin yang tertinggi. Ia tetap memakainya sepanjang hidupnya. Tak ada orang Jerman yang dapat mengunggulinya dalam menulis melodi-melodi yang indah. Namun kita harus menyatakan yang sebenarnya bahwa zaman Barok merupakan zaman kebesaran musik Protestan, dan tentunya kita tahu bahwa budaya Protestan berakar dalam Alkitab.
Sedikit orang menyadari ketegangan dan kedalaman emosinya dalam luapan sukacita, kemarahan, antusiasme, atau kesedihan yang besar. Manakala Handel menciptakan Messiah yang diselesaikan dalam waktu 24 hari tanpa sesaatpun meninggalkan rumah, pembantunya membawakan makanan untuknya, namun makanan itu seringkali tidak disentuhnya. Saat mengerjakan "Hallelujah Chorus", pembantunya mendapati Handel berurai air mata. Handel berseru, "Aku rasa aku benar-benar meilhat seluruh sorga di hadapanku dan bahkan Allah sendiri!".
Handel menciptakan Messiah pada tahun 1741 saat berusia 56 tahun. Sebagaimana yang diamati oleh Newman Flower, "Mengingat kebesaran karya itu, dan waktu yang singkat dalam menuliskannya, maka karya tersebut akan tetap, barangkali untuk selamanya, menjadi prestasi terbesar dalam keseluruhan sejarah komposisi musik."
Bagian kedua dari Messiah menampilkan lagu-lagu berkaitan dengan penderitaan Kristus, kematian, kebangkitan, juga kenaikan ke surga. Hallelujah Chorus yang merupakan bagian dari kemenangan Allah juga ditampilkan pada bagian akhir Part II. Part III dimulai dengan soprano yang sangat terkenal, emosional tetapi meyakinkan "I know that my Redeemer liveth". Karya ini diakhiri dengan nyanyian pujian dari kitab Wahyu "Worthy is the Lamb" dan "Amen Chorus" yang dinyanyikan oleh Jakarta Oratorio Society.
Konser kali ini didireksi oleh konduktor Dr. Stephen Tong. Terdapat beberapa penyanyi dalam konser kali ini. Anna Koor dan Cecilia Yip pernah beberapa kali tampil di ASJ.
Tenor yang ditampilkan dalam konser kali ini adalah tenor Korea Selatan Jae Wook Lee. Lee merupakan penyanyi opera yang pernah tampil di berbagai negara di dunia antara lain Italia, Singapura, Ekuador dan Filipina. Ia juga pernah tampil sebagai penyanyi resital dan solois di Jerman, Jepang, Amerika Selatan dan China. Ia belajar vocal di Hanyang University, Seoul dan kemudian di Orfeo International Vocal Music Academy, Italia. Ia pernah dianugerahi "The First Prize winner dalam The National Vocal Music Competition di Korea dan memenangkan beberapa kompetisi internasional.
Bariton yang mementas dalam konser kali ini adalah Noel Azcona. Ia pernah tampil dalam konser di ASJ pada tahun 2011 di bawah direksi Dr. Stephen Tong. Ia pernah tampil dalam 10 tur konser dunia sebagai asisten konduktor dan solois di berbagai kota penting di Eropa, Amerika Serikat, Meksiko, Kanada dan Asia.
Silahkan menghubungi Aula Simfonia Jakarta untuk ticketing.
(sumber: buku "Karunia Musik" dan wikipedia.org)
Karya besar yang kedua adalah karya George Frideric Handel (1685-1759) "Messiah". Handel senantiasa tertarik kepada melodi dan suara yang indah (eufoni) - standar kesempurnaan Latin yang tertinggi. Ia tetap memakainya sepanjang hidupnya. Tak ada orang Jerman yang dapat mengunggulinya dalam menulis melodi-melodi yang indah. Namun kita harus menyatakan yang sebenarnya bahwa zaman Barok merupakan zaman kebesaran musik Protestan, dan tentunya kita tahu bahwa budaya Protestan berakar dalam Alkitab.
Sedikit orang menyadari ketegangan dan kedalaman emosinya dalam luapan sukacita, kemarahan, antusiasme, atau kesedihan yang besar. Manakala Handel menciptakan Messiah yang diselesaikan dalam waktu 24 hari tanpa sesaatpun meninggalkan rumah, pembantunya membawakan makanan untuknya, namun makanan itu seringkali tidak disentuhnya. Saat mengerjakan "Hallelujah Chorus", pembantunya mendapati Handel berurai air mata. Handel berseru, "Aku rasa aku benar-benar meilhat seluruh sorga di hadapanku dan bahkan Allah sendiri!".
Handel menciptakan Messiah pada tahun 1741 saat berusia 56 tahun. Sebagaimana yang diamati oleh Newman Flower, "Mengingat kebesaran karya itu, dan waktu yang singkat dalam menuliskannya, maka karya tersebut akan tetap, barangkali untuk selamanya, menjadi prestasi terbesar dalam keseluruhan sejarah komposisi musik."
Bagian kedua dari Messiah menampilkan lagu-lagu berkaitan dengan penderitaan Kristus, kematian, kebangkitan, juga kenaikan ke surga. Hallelujah Chorus yang merupakan bagian dari kemenangan Allah juga ditampilkan pada bagian akhir Part II. Part III dimulai dengan soprano yang sangat terkenal, emosional tetapi meyakinkan "I know that my Redeemer liveth". Karya ini diakhiri dengan nyanyian pujian dari kitab Wahyu "Worthy is the Lamb" dan "Amen Chorus" yang dinyanyikan oleh Jakarta Oratorio Society.
Konser kali ini didireksi oleh konduktor Dr. Stephen Tong. Terdapat beberapa penyanyi dalam konser kali ini. Anna Koor dan Cecilia Yip pernah beberapa kali tampil di ASJ.
Tenor yang ditampilkan dalam konser kali ini adalah tenor Korea Selatan Jae Wook Lee. Lee merupakan penyanyi opera yang pernah tampil di berbagai negara di dunia antara lain Italia, Singapura, Ekuador dan Filipina. Ia juga pernah tampil sebagai penyanyi resital dan solois di Jerman, Jepang, Amerika Selatan dan China. Ia belajar vocal di Hanyang University, Seoul dan kemudian di Orfeo International Vocal Music Academy, Italia. Ia pernah dianugerahi "The First Prize winner dalam The National Vocal Music Competition di Korea dan memenangkan beberapa kompetisi internasional.
Bariton yang mementas dalam konser kali ini adalah Noel Azcona. Ia pernah tampil dalam konser di ASJ pada tahun 2011 di bawah direksi Dr. Stephen Tong. Ia pernah tampil dalam 10 tur konser dunia sebagai asisten konduktor dan solois di berbagai kota penting di Eropa, Amerika Serikat, Meksiko, Kanada dan Asia.
Silahkan menghubungi Aula Simfonia Jakarta untuk ticketing.
(sumber: buku "Karunia Musik" dan wikipedia.org)
Selasa, 04 Maret 2014
Konser 23 Mar. '14: Vivaldi The Four Seasons
Aula Simfonia Jakarta dengan arahan conductor Dr. Stephen Tong dan Dr. Billy Kristanto bersama Jakarta Simfonia Orchestra akan mementaskan karya besar The Four Seasons yang digubah oleh komponis Italia Antonio Vivaldi.
Antonio Vivaldi (1678-1741) dilahirkan dalam keluarga musik di mana ayahnya seorang pemain biola terkemuka. Vivaldi mengawali pendidikan menjadi imam tetapi kemudian ia beralih menjadi musikus. Ia telah ditahbiskan menjadi pastor pada tahun 1703 tetapi karena kondisi kesehatannya, ia dibebaskan dari tugas itu dan seumur hidupnya mengabdikan diri dalam pelayanan musik.
Vivaldi meninggal dalam kemiskinan dan tanpa kemahsyuran, karena tak ada yang tahu di mana kuburnya. Musiknya tak dikenal, dilupakan dalam perpustakaan umum maupun pribadi. Musik Vivaldi yang terasa hidup itu akan dilupakan selamanya bila Bach tidak membuat salinan beberapa karyanya. Bach diketahui telah menyalin setidaknya sembilan concerto Vivaldi.
Semakin banyak sarjana mengakui Vivaldi sebagai inovator musik yang kuat, komponis dengan daya cipta yang hebat dan pencipta sesungguhnya dari konserto solo yang dipikirkan sebelumnya oleh Corelli dan Torelli.
Vivaldi menjadi kepala Konservatori (sekolah musik atau sekolah seni lainnya) Ospedale della Pieta, yang mempunyai hubungan dengan empat institusi biara. Tempat ini merupakan tempat penampungan yang kadang menampung hingga 6000 anak perempuan hasil hubungan di luar nikah. Sebelum adanya tempat penampungan ini, anak-anak itu biasanya dibuang di kanal-kanal kota. Dalam konservatori ini, anak-anak diajar bernyanyi, memainkan biola, flute, oragan, oboe, cello dll.
Setiap hari minggu atau hari-hari libur diadakan pertunjukan musik di kapel oleh anak-anak gadis ini. Para penonton diperbolehkan datang dan diizinkan duduk sepanjang mereka mau. Tetapi, tepuk tangan tidak diperbolehkan. Sebagai gantinya, terdapat bunyi batuk, dengusan hidung, hentakan kaki dan lainnya. Banyak musisi termasuk Handel yang memberi komentar positif terhadap pertunjukan ini.
Di manapun Vivaldi berada, ada berlimpah-limpah gubahan musik. Vivaldi merupakan komponis progresif yang penuh dengan ide dan konservatori itu merupakan lingkungan yang indah untuk bereksperimen dengan musik. Ia seorang yang kontras - mudah marah tetapi mudah pula tenang. Karakteristik ini tercermin dalam musiknya yang diwarnai dengan kontras dramatis dalam dinamika dan harmoni serta ritme yang berubah-ubah namun ketergesaannya dalam menggubah musik adalah salah satu kelemahannya. Ada banyak kreasi dan melodi yang indah dalam musik Vivaldi karena ia senantiasa mencari suara-suara baru. Vivaldi selalu siap sedia dengan alat musik dan penyanyi untuk mencoba ide-ide barunya.
The Four Seasons barangkali merupakan karya Vivaldi yang paling terkenal. Itu adalah salah satu karya besarnya dalam musik deskriptif yang menandai kehidupan musik dalam zaman Vivaldi. Gayanya menjadi gaya yang diikuti sampai saat ini. Suara-suara burung yang dihasilkannya sama jelasnya dengan beberapa mosaik burung yang indah di Katedral St. Mark. Karyanya sering dipertunjukkan pada zaman ini. Vivaldi seorang penyair yang penuh dengan kuasa dalam liriknya, menciptakan sebuah soneta untuk tiap musim dan musik akan mengiringi tiap-tiap musim itu. The Four Seasons menghadirkan paralel gaya Barok yang penting dengan oratorio Haydn The Seasons. Selanjutnya muncul simfoni Pastoral Beethoven. Vivaldi merupakan salah seorang tokoh terkemuka pada masa transisi dari akhir gaya Barok menuju awal gaya klasik.
Konser The Four Seasons akan dibagi dua tahap yakni pada konser 23 Maret 2014 dan 19 April 2014. Silahkan menghubungi www.aulasimfoniajakarta.com untuk ticketing.
(dari buku "Karunia Musik" [Surabaya: Momentum])
Antonio Vivaldi (1678-1741) dilahirkan dalam keluarga musik di mana ayahnya seorang pemain biola terkemuka. Vivaldi mengawali pendidikan menjadi imam tetapi kemudian ia beralih menjadi musikus. Ia telah ditahbiskan menjadi pastor pada tahun 1703 tetapi karena kondisi kesehatannya, ia dibebaskan dari tugas itu dan seumur hidupnya mengabdikan diri dalam pelayanan musik.
Vivaldi meninggal dalam kemiskinan dan tanpa kemahsyuran, karena tak ada yang tahu di mana kuburnya. Musiknya tak dikenal, dilupakan dalam perpustakaan umum maupun pribadi. Musik Vivaldi yang terasa hidup itu akan dilupakan selamanya bila Bach tidak membuat salinan beberapa karyanya. Bach diketahui telah menyalin setidaknya sembilan concerto Vivaldi.
Semakin banyak sarjana mengakui Vivaldi sebagai inovator musik yang kuat, komponis dengan daya cipta yang hebat dan pencipta sesungguhnya dari konserto solo yang dipikirkan sebelumnya oleh Corelli dan Torelli.
Vivaldi menjadi kepala Konservatori (sekolah musik atau sekolah seni lainnya) Ospedale della Pieta, yang mempunyai hubungan dengan empat institusi biara. Tempat ini merupakan tempat penampungan yang kadang menampung hingga 6000 anak perempuan hasil hubungan di luar nikah. Sebelum adanya tempat penampungan ini, anak-anak itu biasanya dibuang di kanal-kanal kota. Dalam konservatori ini, anak-anak diajar bernyanyi, memainkan biola, flute, oragan, oboe, cello dll.
Setiap hari minggu atau hari-hari libur diadakan pertunjukan musik di kapel oleh anak-anak gadis ini. Para penonton diperbolehkan datang dan diizinkan duduk sepanjang mereka mau. Tetapi, tepuk tangan tidak diperbolehkan. Sebagai gantinya, terdapat bunyi batuk, dengusan hidung, hentakan kaki dan lainnya. Banyak musisi termasuk Handel yang memberi komentar positif terhadap pertunjukan ini.
Di manapun Vivaldi berada, ada berlimpah-limpah gubahan musik. Vivaldi merupakan komponis progresif yang penuh dengan ide dan konservatori itu merupakan lingkungan yang indah untuk bereksperimen dengan musik. Ia seorang yang kontras - mudah marah tetapi mudah pula tenang. Karakteristik ini tercermin dalam musiknya yang diwarnai dengan kontras dramatis dalam dinamika dan harmoni serta ritme yang berubah-ubah namun ketergesaannya dalam menggubah musik adalah salah satu kelemahannya. Ada banyak kreasi dan melodi yang indah dalam musik Vivaldi karena ia senantiasa mencari suara-suara baru. Vivaldi selalu siap sedia dengan alat musik dan penyanyi untuk mencoba ide-ide barunya.
The Four Seasons barangkali merupakan karya Vivaldi yang paling terkenal. Itu adalah salah satu karya besarnya dalam musik deskriptif yang menandai kehidupan musik dalam zaman Vivaldi. Gayanya menjadi gaya yang diikuti sampai saat ini. Suara-suara burung yang dihasilkannya sama jelasnya dengan beberapa mosaik burung yang indah di Katedral St. Mark. Karyanya sering dipertunjukkan pada zaman ini. Vivaldi seorang penyair yang penuh dengan kuasa dalam liriknya, menciptakan sebuah soneta untuk tiap musim dan musik akan mengiringi tiap-tiap musim itu. The Four Seasons menghadirkan paralel gaya Barok yang penting dengan oratorio Haydn The Seasons. Selanjutnya muncul simfoni Pastoral Beethoven. Vivaldi merupakan salah seorang tokoh terkemuka pada masa transisi dari akhir gaya Barok menuju awal gaya klasik.
Konser The Four Seasons akan dibagi dua tahap yakni pada konser 23 Maret 2014 dan 19 April 2014. Silahkan menghubungi www.aulasimfoniajakarta.com untuk ticketing.
(dari buku "Karunia Musik" [Surabaya: Momentum])
Selasa, 04 Februari 2014
Konser 22 Feb. '14: Bach Orchestral Suite No. 3 (+Vivaldi, Schubert, Arne, Mendelssohn)
Aula Simfonia Jakarta kembali mengadakan konser yang penting pada 22 Februari 2014 dengan judul From Bach to Mendelssohn".
Terdapat beberapa karya besar yang dipentaskan dalam konser ini. Karya pertama adalah komposisi Bach Orchestral Suite No. 3. Karya ini digubah oleh Johann Sebastian Bach. Bach diakui sebagai komponis yang begitu besar dan agung sampai-sampai muncul adagium "Tanpa sadar Bach telah membagi sejarah musik dalam dua periode utama: zaman sebelum Bach dan zaman sesudah Bach. Pada zaman sesudah Bach, kehadirannya tetap dirasakan terus menerus".
Bach dan Handel dianggap sebagai tokoh terbesar zaman Barok (1600-1750). Istilah "Barok" berasal dari kata Portugis "barroco" yang berarti mutiara yang tidak teratur. Istilah "Barok" bukan sekedar menandakan suatu era dalam musik tetapi juga merupakan suatu zaman karena semangat Barok tampak dalam karya-karya non musik antara lain arsitektur dan lukisan (Rembrandt, Rubens, dll). Musik Barok menekankan beberapa ciri antara lain polifonik (banyak suara), kontrapung (counter-point - pergerakan nada yang mandiri/ berlawanan), penuh ornamentasi (detil yang rumit). Komponis Barok yang terkenal selain Bach dan Handel antara lain Schutz, Vivaldi, Rameau dan sebagainya.
Bach lahir dalam keluarga Kristen beraliran Lutheran. Fokus kehidupan spiritual Bach adalah di dalam kekristenan dan pelayanan rohani melalui musik. Bach adalah seorang yang berhutang kepada Tuhan dan terutama Tuhan Yesus sebagai Juruselamat-nya. Keyakinannya akan realitas surga membuat karya-karyanya tak lekang dimakan waktu. Bach menggunakan hidupnya dalam pelayanan musik bagi Allah tanpa menyadari kehebatan karyanya yang luar biasa itu. Motivasi utama Bach dalam menulis musik adalah untuk memuliakan Allah. Motivasi lainnya adalah edifikasi. Motivasi Bach sama seperti tujuan utama ibadah dalam teologi Reformasi: the glorification of God and the edification of the church. Pada halaman judul Bach menuliskan "untuk kemuliaan Allah di tempat yang mahatinggi dan untuk meningkatkan proses belajar setiap orang". Karena motivasi-motivasi ini maka Bach tidak pernah asal-asalan menggubah komposisi. Ia selalu mau menghasilkan komposisi yang terbaik.
Setelah kematian orang tuanya, Bach yang berusia sepuluh tahun tinggal bersama kakak lelakinya Johann Christoph yang telah berguru pada Pachelbel (ingat Canon in D-nya yang sangat terkenal?). Kakaknya adalah seorang guru yang sangat keras. Kakaknya mempunyai satu set komposisi yang tidak boleh dipakai oleh Johann Sebastian sehingga selama 6 bulan di tengah sunyinya malam dengan cahaya terang bulan ia menyalin semua komposisi itu. Sayangnya, inilah yang mungkin menyebabkan kebutaan di kemudian hari.
Setelah kematian kakaknya, Bach mengenyam pendidikan yang berfokus pada instrumen biola dan biola alto. Sebelum berusia 18 tahun, ia telah dikenal sebagai seorang ahli dalam memainkan clavichord, organ dan komponis. Ia memulai karier profesionalnya sebagai pemain biola dan biola alto dalam orkestra istana di Weimar. Meski demikian, Bach sulit melupakan cintanya kepada organ. Pada masa berikutnya, ia banyak menggubah komposisi untuk musik organ. Pengaruh musik organ Dietrich Buxtehude tidak dapat diabaikan dalam perjalanan karier Bach.
Dasar musik Bach adalah koral Jerman (paduan suara). Koral-koral di zaman Reformasi dalam gereja Lutheran Jerman yang mempengaruhinya, lebih berarah pada penyampaian pesan ketimbang penciptaan suasana hati. Koral-koral itu memuat pengakuan iman yang berdasarkan Alkitab dan bukan sekedar luapan perasaan pribadi.
Bach adalah seorang yang sangat disiplin. Ia mempergunakan kesempatan sebaik-sebaiknya dalam semua peristiwa, baik ataupun buruk, dalam hidupnya. Demikian sekilas pengenalan kita akan Bach. Lain-lain waktu, kita menulis lagi hal yang lain.
Orchestral Suites seringkali disebut sendiri oleh Bach sebagai "ouvertures". Istilah "ouverture" biasanya menunjuk kepada seksi pembukaan yang majestik, suatu gerakan pembukaan dari suatu karya besar, misalnya oratorio. Karya aslinya digubah sekitar 1730 tetapi kemudian dilanjutkan oleh anaknya CPE Bach dan muridnya Johann Ludwig Krebs.
Karya lain yang turut dipentaskan adalah Vivaldi Concerto for Guitar and String Orchestra; Arne Keyboard Concerto No. 5; Schubert Mass No. 2 in G Major; Mendelssohn Singet Dem Herrn Ein Neues Lied.
Conductor dari pementasan ini tidak asing lagi bagi kita yakni Dr. Billy Kristanto, Ph.D, Th.D. Para gurunya antara lain Mitzi Meyerson; Uwe Gronostay (Director of Berlin Philharmonic Choir); Ton Koopman; Stanley Hoogland. Terakhir ia mendalami musikologi di bawah Prof. Silke Leopold yang merupakan ahli Monteverdi, Handel dan Mozart di Universitas Heidelberg, Jerman. Dua disertasinya adalah "Musical Settings of Psalm 51 in Germany ca. 1600-1750 in the Perspectives of Reformational Music Aesthetics" (disertasi Ph.D) dan "Sola Dei Gloria: The Glory of God in the Thought of John Calvin" (disertasi Th.D) yang telah diterbitkan oleh penerbit internasional Peter Lang.
Terdapat 3 paduan suara dalam konser ini: Jakarta Oratorio Society, Reformed Oratorio Society-Singapore dan Medan Oratorio Society. Diiringi oleh Jakarta Symphony Orchestra.
Silahkan menghubungi Aula Simfonia Jakarta untuk ticketing.
(Source: buku Karunia Musik dan Wikipedia)
Terdapat beberapa karya besar yang dipentaskan dalam konser ini. Karya pertama adalah komposisi Bach Orchestral Suite No. 3. Karya ini digubah oleh Johann Sebastian Bach. Bach diakui sebagai komponis yang begitu besar dan agung sampai-sampai muncul adagium "Tanpa sadar Bach telah membagi sejarah musik dalam dua periode utama: zaman sebelum Bach dan zaman sesudah Bach. Pada zaman sesudah Bach, kehadirannya tetap dirasakan terus menerus".
Bach dan Handel dianggap sebagai tokoh terbesar zaman Barok (1600-1750). Istilah "Barok" berasal dari kata Portugis "barroco" yang berarti mutiara yang tidak teratur. Istilah "Barok" bukan sekedar menandakan suatu era dalam musik tetapi juga merupakan suatu zaman karena semangat Barok tampak dalam karya-karya non musik antara lain arsitektur dan lukisan (Rembrandt, Rubens, dll). Musik Barok menekankan beberapa ciri antara lain polifonik (banyak suara), kontrapung (counter-point - pergerakan nada yang mandiri/ berlawanan), penuh ornamentasi (detil yang rumit). Komponis Barok yang terkenal selain Bach dan Handel antara lain Schutz, Vivaldi, Rameau dan sebagainya.
Bach lahir dalam keluarga Kristen beraliran Lutheran. Fokus kehidupan spiritual Bach adalah di dalam kekristenan dan pelayanan rohani melalui musik. Bach adalah seorang yang berhutang kepada Tuhan dan terutama Tuhan Yesus sebagai Juruselamat-nya. Keyakinannya akan realitas surga membuat karya-karyanya tak lekang dimakan waktu. Bach menggunakan hidupnya dalam pelayanan musik bagi Allah tanpa menyadari kehebatan karyanya yang luar biasa itu. Motivasi utama Bach dalam menulis musik adalah untuk memuliakan Allah. Motivasi lainnya adalah edifikasi. Motivasi Bach sama seperti tujuan utama ibadah dalam teologi Reformasi: the glorification of God and the edification of the church. Pada halaman judul Bach menuliskan "untuk kemuliaan Allah di tempat yang mahatinggi dan untuk meningkatkan proses belajar setiap orang". Karena motivasi-motivasi ini maka Bach tidak pernah asal-asalan menggubah komposisi. Ia selalu mau menghasilkan komposisi yang terbaik.
Setelah kematian orang tuanya, Bach yang berusia sepuluh tahun tinggal bersama kakak lelakinya Johann Christoph yang telah berguru pada Pachelbel (ingat Canon in D-nya yang sangat terkenal?). Kakaknya adalah seorang guru yang sangat keras. Kakaknya mempunyai satu set komposisi yang tidak boleh dipakai oleh Johann Sebastian sehingga selama 6 bulan di tengah sunyinya malam dengan cahaya terang bulan ia menyalin semua komposisi itu. Sayangnya, inilah yang mungkin menyebabkan kebutaan di kemudian hari.
Setelah kematian kakaknya, Bach mengenyam pendidikan yang berfokus pada instrumen biola dan biola alto. Sebelum berusia 18 tahun, ia telah dikenal sebagai seorang ahli dalam memainkan clavichord, organ dan komponis. Ia memulai karier profesionalnya sebagai pemain biola dan biola alto dalam orkestra istana di Weimar. Meski demikian, Bach sulit melupakan cintanya kepada organ. Pada masa berikutnya, ia banyak menggubah komposisi untuk musik organ. Pengaruh musik organ Dietrich Buxtehude tidak dapat diabaikan dalam perjalanan karier Bach.
Dasar musik Bach adalah koral Jerman (paduan suara). Koral-koral di zaman Reformasi dalam gereja Lutheran Jerman yang mempengaruhinya, lebih berarah pada penyampaian pesan ketimbang penciptaan suasana hati. Koral-koral itu memuat pengakuan iman yang berdasarkan Alkitab dan bukan sekedar luapan perasaan pribadi.
Bach adalah seorang yang sangat disiplin. Ia mempergunakan kesempatan sebaik-sebaiknya dalam semua peristiwa, baik ataupun buruk, dalam hidupnya. Demikian sekilas pengenalan kita akan Bach. Lain-lain waktu, kita menulis lagi hal yang lain.
Orchestral Suites seringkali disebut sendiri oleh Bach sebagai "ouvertures". Istilah "ouverture" biasanya menunjuk kepada seksi pembukaan yang majestik, suatu gerakan pembukaan dari suatu karya besar, misalnya oratorio. Karya aslinya digubah sekitar 1730 tetapi kemudian dilanjutkan oleh anaknya CPE Bach dan muridnya Johann Ludwig Krebs.
Karya lain yang turut dipentaskan adalah Vivaldi Concerto for Guitar and String Orchestra; Arne Keyboard Concerto No. 5; Schubert Mass No. 2 in G Major; Mendelssohn Singet Dem Herrn Ein Neues Lied.
Conductor dari pementasan ini tidak asing lagi bagi kita yakni Dr. Billy Kristanto, Ph.D, Th.D. Para gurunya antara lain Mitzi Meyerson; Uwe Gronostay (Director of Berlin Philharmonic Choir); Ton Koopman; Stanley Hoogland. Terakhir ia mendalami musikologi di bawah Prof. Silke Leopold yang merupakan ahli Monteverdi, Handel dan Mozart di Universitas Heidelberg, Jerman. Dua disertasinya adalah "Musical Settings of Psalm 51 in Germany ca. 1600-1750 in the Perspectives of Reformational Music Aesthetics" (disertasi Ph.D) dan "Sola Dei Gloria: The Glory of God in the Thought of John Calvin" (disertasi Th.D) yang telah diterbitkan oleh penerbit internasional Peter Lang.
Terdapat 3 paduan suara dalam konser ini: Jakarta Oratorio Society, Reformed Oratorio Society-Singapore dan Medan Oratorio Society. Diiringi oleh Jakarta Symphony Orchestra.
Silahkan menghubungi Aula Simfonia Jakarta untuk ticketing.
(Source: buku Karunia Musik dan Wikipedia)
Kamis, 09 Januari 2014
Konser 25 Jan. '14: Rachmaninoff Piano Concerto No. 2 & Piano Recital Kevin Suherman
Aula Simfonia Jakarta kembali mengadakan konser pada 25 Januari 2014, yang berfokus pada acara utama seputar pementasan permainan piano. Pianis muda, "new emerging star", Kevin Suherman dipercayakan untuk memegang peranan penting dalam konser kali ini.
Kevin Suherman mulai tampil dalam pementasan permainan piano secara mengejutkan ketika ia memenangkan 2 kompetisi Yamaha di Bandung pada tahun 2004 dan 2005 ketika ia baru berusia 9 tahun. Pada usia 10 tahun, ia memecahkan rekor MURI ketika memainkan 50 lagu klasik, pop dan jazz non stop tanpa skor/ partitur. Pada tahun 2010, Kevin sebagai pianis dari Schimmel Piano, Jerman melakukan rekaman piano solo di Melbourne dan kemudian membuat album Schimmel yang kedua pada tahun 2011. Pada tahun 2013, Kevin memenangkan juara pertama secara nasional pada Australian Youth Classical Music Competition dan juga juara pada Royal South Street Chopin Competition. Pada saat ini ia sedang melanjutkan studi di bawah Prof. Max Cooke dan menyelesaikan studi Bachelor of Music di University of Melbourne, di mana ia menerima beasiswa secara reguler.
Dalam konser kali ini Kevin akan tampil bersama Jakarta Simfonia Orchestra di bawah arahan Dr. Stephen Tong untuk Rachamaninoff Piano Concerto No. 2. Sergei Rachmaninoff (1873-1943) merupakan komponis Rusia yang lahir dalam keluarga berbakat sebagai pianis. Kakeknya adalah seorang pianis terkemuka sedangkan ibunya adalah guru pianonya yang pertama ketika ia mulai belajar pada usia 4 tahun.
Rachmaninoff kemudian belajar di bawah Nikolai Zverev, seorang profesor musik yang luar biasa. Patut diingat, murid Zverev yang lain adalah Alexander Scriabin. Di Moskwa ini, ia mulai mengakhiri kebiasan buruk suka membuang-buang waktu dan bersenang-senang dan mulai dengan serius mempelajari piano. Selama dua tahun belajar di bawah Zverev, ia mengalami kemajuan pesat sebagai pianis, komponis dan ahli musik.
Pada tahun 1892, Rachmaninoff lulus dari konservatori Moskwa dengan penghargaan tertinggi. Dengan suara bulat, Komite memutuskan untuk menghadiahinya nilai tertinggi. Rachmaninoff selalu memukau dalam ingatannya yang luar biasa sampai-sampai rekan-rekannya selalu menyamakannya dengan Mozart muda. Kecepatan Rachmaninoff mengingat komposisi-komposisi baru sangat luar biasa.
Musik Rachmaninoff cenderung termasuk musik abad 19 ketimbang abad 20; ia seorang yang secara tradisional mengikuti jejak Tchaikovsky. Dalam dunia musik, Rachmaninoff merasa ada satu penguasa tertinggi yakni melodi. Ia mengajarkan doktrin keindahan dalam musik.
Piano Concerto No. 2 pada nada C minor merupakan komposisi yang digubah Rachmaninoff pada tahun 1900-1901. Pada tahun 1897, dalam pementasan perdana simfoni yang pertama, Rachmaninoff mendapatkan banyak kritik. Pementasan berlangsung buruk dan dicurigai conductornya memimpin orkestra dalam keadaan mabuk. Hal ini menyebabkan ia mengalami depresi, ditambah dengan persoalan-persoalan pribadinya. Piano Concerto No. 2 yang digubahnya merupakan konfirmasi bahwa ia telah sembuh dari depresi klinis melalui hyphnotherapy. Karena itu, concerto ini dipersembahkan kepada Nikolai Dahl, seorang ahli medis yang berjasa dalam penyembuhannya.
Selain seksi piano concerto, pada seksi recital, Kevin juga akan memainkan Cesar Franck (Prelude, Chorale dan Fugue), Beethoven (Sonata Les Adieux 1st Movement), Chopin Scherzo No. 2 dan La Campanella dari Liszt.
Conductor pada konser ini adalah Dr. Stephen Tong yang dedikasinya untuk perkembangan musik klasik di tanah air tidak bisa diragukan lagi. Beberapa hari setelah operasi by pass pada jantungnya, ia tetap memimpin pementasan orkestrasi untuk karya Franz von Suppe - Light Cavarly Overture.
Silahkan menghubungi Aula Simfonia Jakarta untuk ticketing.
(sumber: "Karunia Musik" dan wikipedia)
Kevin Suherman mulai tampil dalam pementasan permainan piano secara mengejutkan ketika ia memenangkan 2 kompetisi Yamaha di Bandung pada tahun 2004 dan 2005 ketika ia baru berusia 9 tahun. Pada usia 10 tahun, ia memecahkan rekor MURI ketika memainkan 50 lagu klasik, pop dan jazz non stop tanpa skor/ partitur. Pada tahun 2010, Kevin sebagai pianis dari Schimmel Piano, Jerman melakukan rekaman piano solo di Melbourne dan kemudian membuat album Schimmel yang kedua pada tahun 2011. Pada tahun 2013, Kevin memenangkan juara pertama secara nasional pada Australian Youth Classical Music Competition dan juga juara pada Royal South Street Chopin Competition. Pada saat ini ia sedang melanjutkan studi di bawah Prof. Max Cooke dan menyelesaikan studi Bachelor of Music di University of Melbourne, di mana ia menerima beasiswa secara reguler.
Dalam konser kali ini Kevin akan tampil bersama Jakarta Simfonia Orchestra di bawah arahan Dr. Stephen Tong untuk Rachamaninoff Piano Concerto No. 2. Sergei Rachmaninoff (1873-1943) merupakan komponis Rusia yang lahir dalam keluarga berbakat sebagai pianis. Kakeknya adalah seorang pianis terkemuka sedangkan ibunya adalah guru pianonya yang pertama ketika ia mulai belajar pada usia 4 tahun.
Rachmaninoff kemudian belajar di bawah Nikolai Zverev, seorang profesor musik yang luar biasa. Patut diingat, murid Zverev yang lain adalah Alexander Scriabin. Di Moskwa ini, ia mulai mengakhiri kebiasan buruk suka membuang-buang waktu dan bersenang-senang dan mulai dengan serius mempelajari piano. Selama dua tahun belajar di bawah Zverev, ia mengalami kemajuan pesat sebagai pianis, komponis dan ahli musik.
Pada tahun 1892, Rachmaninoff lulus dari konservatori Moskwa dengan penghargaan tertinggi. Dengan suara bulat, Komite memutuskan untuk menghadiahinya nilai tertinggi. Rachmaninoff selalu memukau dalam ingatannya yang luar biasa sampai-sampai rekan-rekannya selalu menyamakannya dengan Mozart muda. Kecepatan Rachmaninoff mengingat komposisi-komposisi baru sangat luar biasa.
Musik Rachmaninoff cenderung termasuk musik abad 19 ketimbang abad 20; ia seorang yang secara tradisional mengikuti jejak Tchaikovsky. Dalam dunia musik, Rachmaninoff merasa ada satu penguasa tertinggi yakni melodi. Ia mengajarkan doktrin keindahan dalam musik.
Piano Concerto No. 2 pada nada C minor merupakan komposisi yang digubah Rachmaninoff pada tahun 1900-1901. Pada tahun 1897, dalam pementasan perdana simfoni yang pertama, Rachmaninoff mendapatkan banyak kritik. Pementasan berlangsung buruk dan dicurigai conductornya memimpin orkestra dalam keadaan mabuk. Hal ini menyebabkan ia mengalami depresi, ditambah dengan persoalan-persoalan pribadinya. Piano Concerto No. 2 yang digubahnya merupakan konfirmasi bahwa ia telah sembuh dari depresi klinis melalui hyphnotherapy. Karena itu, concerto ini dipersembahkan kepada Nikolai Dahl, seorang ahli medis yang berjasa dalam penyembuhannya.
Selain seksi piano concerto, pada seksi recital, Kevin juga akan memainkan Cesar Franck (Prelude, Chorale dan Fugue), Beethoven (Sonata Les Adieux 1st Movement), Chopin Scherzo No. 2 dan La Campanella dari Liszt.
Conductor pada konser ini adalah Dr. Stephen Tong yang dedikasinya untuk perkembangan musik klasik di tanah air tidak bisa diragukan lagi. Beberapa hari setelah operasi by pass pada jantungnya, ia tetap memimpin pementasan orkestrasi untuk karya Franz von Suppe - Light Cavarly Overture.
Silahkan menghubungi Aula Simfonia Jakarta untuk ticketing.
(sumber: "Karunia Musik" dan wikipedia)
Langganan:
Postingan (Atom)